Sampai saat ini saya masih terus berlatih menemukan pola yang pas untuk menyampaikan larangan ke anak. Biasanya saya akan melarang anak ketika itu membahayakan dirinya, atau berpotensi membuat ia sakit, atau berhubungan dengan kebiasaan yang tidak baik. Di luar itu sepanjang tidak membahayakan saya membiarkan ia berekaplorasi dengan pengawasan.
Pertama kali saya biasanya mencoba menggunakan bahasa lisan untuk melarang anak. Misalnya ketika anak bermain colokan listrik saya arahkan untuk bermain di dekat saya dengan mengalihkan permainan yang lebih menarik. Ketika belum mempan saya mengingatkan lagi apabila bermain di situ berbahaya. Sambil mencabut charger yang masih menempel di colokan. Ketika belum berhasil yang terakhir saya gendong dia menuju tempat yang lebih aman untuk mengalihkan perhatiannya. Tapi pilihan yang terakhir itu pasti dengan konsekuensi ia meronta-ronta, menangis tidak mau berpisah dengan mainannya.
Saya tidak tahu apa yang saya lakukan ini benar atau salah. Saya pun juga sudah berusaha menjelaskan padanya apabila bermain colokan itu berbahaya, tapi mungkin anak saya yang masih 13 bulan belum memahami kenapa bisa berbahaya. Begitu pula ketika dijelaskan tidak boleh mainan di luar ketika hujan. Malah dia tambah semangat mengajak keluar. Jadilah saya menggendongnya untuk melihat hujan di pintu. Ini menjadi salah satu PR bagi saya untuk terus mencari cara yang terbaik menyampaikan larangan kepada anak. Bismillah, semangat.
#tantangan10hari
#hari5
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
#ODOPfor99days
#ODOPday7
0 comments:
Posting Komentar