Siapa yang tak pernah merasakan sakit gigi. Ada yang bilang lebih baik sakit hati daripada sakit gigi. Tapi bagi saya tidak enak dua-duanya. Rasanya cenut-cenut, buat mangap aja sakit, maunya makan yang tinggal sruput gak pake ngunyah, kepala juga jadi kliyengan. Nano-nano deh rasanya.
Di saat seperti itu saya harus tetap bisa menjalankan peran sebagai ibu dan istri. Lalu, bagaimana mensiasati komunikasi di saat sakit gigi melanda?
Pertama, perbanyak istighfar. Penyakit datangnya dari Allah yang apabila kita ridho, maka insyaaAllah Allah akan mengampuni dosa-dosa kita. Istighfar juga berguna untuk mengkondisikan hati agar tetap sabar. Tidak bisa dipungkiri saat sakit gigi emosi lebih mudah tersulut.
Kedua, mengkomunikasikan kepada pasangan apa yang kita rasakan. Pasangan tidak akan tahu apa yang kita rasakan apabila kita tidak mengkomunikasikannya. Mengkomunikasikan perihal keadaan kita juga membuat pasangan bisa mengantisipasi apabila terjadi miss komunikasi karena keadaan kita tersebut.
Ketiga, apabila berbicara secara lisan terasa sakit bicaralah seperlunya saja. Perbanyaklah bahasa tubuh. Di saat seperti ini ternyata bisa melatih bahasa tubuh kita. Karena bahasa tubuh mempengaruhi sebesar 55% penerimaan hasil komunikasi, maka penting bagi kita untuk terus melatih bahasa tubuh agar sesuai dengan maksud yang akan disampaikan.
Keempat, beraktivitaslah seperti biasa. Penuhilah kebutuhan stakeholder kita, suami dan anak. Apabila sudah tidak kuat beraktivitas istirahatlah sejenak. Penuhi hak tubuh.
Kelima, makan makanan yang dingin seperti es krim ternyata cukup ampuh untuk meredakan nyeri sakit gigi.
Sekian tips dari saya, semoga bermanfaat. 😊🙏
#hari1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
#ODOPfor99days
#ODOPday3
0 comments:
Posting Komentar